Sekilas sosoknya mirip alokasi umumnya. Tapi bila dicermati, warna daunnya menarik dan batang seperti beludru. TANAMAN INI ASLI INDONESIA, BERASAL DARI SALAH SATU TEMPAT DU SULAWESI TENGGARA.
Saya enggak mau ngomong tepatnya dimana, karena takut banyak orang yang mengambilnya. Karena memang endemik disana, papar Dra. Yuzammi, M.Sc, pembudidaya Alocasia suhirmaniana dari Kebun Raya Bogor (KRB). Sudah hampir 7 tahun belakangan, Ami -penggilannya- membudidayakan alokasia ini bersama dengan beberapa rekannya di pembitan KRB. Rencananya, dalam waktu tak lama lagi ia akan merelease tanaman ini ke pasaran. Meskipun ada sebagian masyarakat yang sudah memilikinya. Ada 2 kemungkinan. Pertama, mereka mengambilnya langsung dari habitatnya. Kedua, mereka membeli Alocasia suhirmaniana hasil curian. Karena memang, beberapa waktu lalu kita kecurian tanaman ini di KRB, ucap Ami sambil tersenyum kecut. TANAMAN HIAS POTENSIAL Sebagai tanaman hias, alokasia ini sangat berpotensi. Dibanding dengan jenis alokasia lain yang lebih dulu diminati oleh pencinta tanaman hias, tanaman ini mempunyai beberapa kelebihan. Warna permukaan daun agak kehitam-hitaman, merah kehitamhitaman, hijau kehitaman, dan mengkilap. Sedangkan pada bagian bawah daun berwarna merah marun. Mempunyai urat berupa garis-garis keputihan menyerupai bentuk jaring 1aba-Iaba, di permukaan daunnya. Keistimewaan tanaman ini, batangnya berbulu, yang kalau diraba seperti beludru. Tidak banyak alokasia yang batangnya berbulu. Hanya alokasia puber dan itupun hanya ada di Pulau Jawa, bukan di Sulawesi, terang Ami. Di habitat aslinya, tanaman ini hidup pada batu-batuan karang, terutama di pinggir-pinggir jalan setapak. Di dataran rendah ketinggian 50-80 m dpl dan dekat dengan sumber air panas alam. Untuk menanamnya di pot, media tanamnya harus diperhatikan. Jangan terlalu basah atau terlalu kering, karena bisa mengakibatkan tanaman membusuk atau mati. Jadi cukup sajalah, terang Ami. Sebagai media tanam, Ami menyarankan menggunakan media empuk seperti kompos bambu. Agar tanaman bisa tumbuh maksimal, kokoh dan menghasilkan daun lebih banyak. Paling tidak bisa 5-6 daun, seperti di habitat aslinya. Sebelum menggunakan kompos bambu, saya sudah mencoba beberapa media lainnya. Tapi tanaman tidak tumbuh maksimal, paling hanya tumbuh 1-2 daun, tuturnya. Sebenarnya media tanam yang baik menyerupai habitat asli yang berkarang dan porus. Karena itu meski sudah menemukan media tanam yang pas untuk ditanam di pot, Ami masih mencoba-coba media tanam lainnya, hingga didapat hasil yang lebih maksimal. Ami yang tiap hari bertugas sebagai kepala sub bidang seleksi dan pembibitan juga mengingatkan kalau tanaman ini tidak membutuhkan banyak sinar matahari. Dia lebih menyukai tempat teduh, tapi tetap ada sinarnya. Karena kalau terlalu teduh akan busuk. Selain itu tanaman ini hanya membutuhkan curah hujan sedikit. jelasnya. Di habitat aslinya. ukuran daun alokasia ini dapat meneapai panjang 60 em, dan lebar 50 em. Tinggi tanaman, bisa melebihi tinggi orang dewasa. MUDAH DIBUDIDAYAKAN Tanaman ini sangat cocok dijadikan tanaman hias indoor. Penanamannya juga mudah. Untuk perbanyakan ada 2 cara yang sering saya gunakan. Secara konvensional, yaitu menggunakan rhizom dan lewat kultur jaringan, ucap Ami, yang juga ahli Araceae. Perbanyakan menggunakan rhizom paling mudah. Rhizom dipotong kurang dari 5 em, kemudian ditanam di media. Syaratnya. rhizom diambil dari alokasia yang memiliki banyak daun. Banyak daun pertanda rhizomnya panjang. Ukurannya antara 13-15 cm. Setelah ditanam, dalam jangka waktu sebulan akan muncul tunas baru di pot. Dengan catatan, media tanam baik dan tidak terlalu basah, tambah Ami lagi. Pembudidayaan yang aman tentu dengan cara kultur jaringan (tissue culture). Yaitu dengan mengambil tunas baru yang mau tumbuh, kemudian dicacah dan dimasukkan ke media agar, lalu diperbanyak. Setelah tanaman cukup besar, tinggal dipindahkan ke media tanam sesungguhnya. Hama yang sering menyerang adalah serangga (seperti belalang], ulat daun, bakteri, dan semaearn virus. Untuk mengatasinya gunakan obat antiserangga, antijamur atau antibakteri yang biasa digunakan pada tanaman keluarga Araeeae. * TEKS: BUDI, FOTO: ARMIN TIPS PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN 1. Siram tanaman sehari sekali. Jangan terlalu banyak air, cukup lembap saja. Kalau terlalu basah, tanaman akan busuk dan mati. 2. Berikan pupuk dekastar secukupnya, terutarna pada saat penanaman. 3. Hindari serangan hama serangga dengan menyemprotkan insektisida. 4. Pangkas daun yang menguning dan bersihkan gulma yang tumbuh di media tanam. Agar tak menqganggu pertumbuhan tanaman. Diambil dari Nama Orang Ami beserta Mr. A-Hai pertama kali mempublikasikan Alocasia suhirmaniana secara internasional di jurnal internasional Telopea, pada tahun 1998, sebagai new spesies. Nama Alocasia suhirmaniana diambil dari nama Dr. Ir. Suhirman yang kala itu menjadi kepala KRB. Nama itu diberikan sebagai penghargaan kepada Pak Suhirman. Karena beliaulah yang memberi support kepada saya untuk melakukan penelitian tumbuhan keluarga Araceae dan mempublikasikan temuan spesies alokasia baru asli Indonesia, papar Ami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar