Sebagai pendatang baru, gebrakan anthurium mencatat fenomena tersendiri yang patut diacungkan jempol. Terdapat beberapa pelajaran yang dapat diambil pada awal berkembangnya trend anthurium disini. Kedepan point point ini dapat pula diadaptasikan pada upaya-upaya memunculkan potensi tanaman hias asli Indonesia lainnya.
Nilai Positif Trend Anthurium bagi Perkembangan Dunai Tanaman Hias Indonesia sebagai berikut :
1. Trend Lokal jadi Global yang dimulai dari inovasi produk lama .
Yang patut diacungkan jempol adalah trend anthurium ini sudah pernah muncul sebelumnya, meskipun masih bersifat trend lokal saja. Tetapi pada awal tahun,seiring perkembangan trend lokal tadi, Perburuan tanaman kebeberapa daerah, ikut memacu naiknya pamor anthurium, akibat faktor kelangkaan anthurium itu sendiri di pasar.
Selain itu inovasi didalam membuat sudut pandang baru menikmati anthurium, ditambah inovasi penamaan yang mudah diingat seperti mangkuk, centong, kobra membuat semua orang sangat familiar dan ingin akrab dengannya. Hal ini juga mematahkan asumsi orang bahwa nama harus berkiblat keluar dengan nama-nama yang asing. Anthurium membuktikan sebaliknya. “Nama Ndeso justru jadi Bintang”.
2. Kemasan Baru Pasar Baru.Perkembangan hibridisasi anthurium - yang merupakan bawaan anthurium itu sendiri akibat persilangan oleh alam, dengan penamaan ala indonesia yang akrab ditelinga, merupakan faktor penting terdongkraknya pamor anthurium. Kemasan baru dengan penciptaan nama-nama seperti Jenmani mangkok, Jenmani Kol, Sawi, Gelombang Cinta, Naga, dll yang tidak asing lagi ditelinga kita, dan istilah-istilah yang indonesia banget, menjadikan anthurium mudah diingat dalam benak hobiis dan masyarakat umum.Setelah itu kemudian muncul kemasn baru membuat image anthurium semakin mencolok. Kemasan tadi dikaitkan dengan warna hitam yang eksotis, dan warna merah yang melambangkan energi dinamis. Sehingga kemudian kita dengar munculnya black jenmani, tangkai hitam, urat merah sampai pada istilah Super red untuk memberi nama varian yang tulang daunnya berwarna merah sampai keujung.
Kemasan yang menarik tentu saja meningkatkan pamor dan ke-eksotisan-nya dipasar, selain ikut mendongkrak harga dan menyebarkan demam anthurium kemana-mana.
2. Proses perkenalan keindahan anthurium berkat cara-cara sederhana didalam klasifikasi hibridisasi anthurium. Masyarakat umum dapat menerima dan belajardengan cepat cara menikmati anthurium yang beraneka ragam, dengan cara-cara sederhana didalam mengklasifikasikannya.
Contohnya jenmani mangkok ya daunnya seperti mangkok, sawi uratnya seperti sayur sawi, cobra ya harus seperti kepala cobra yang mengembang. Gelombang cinta terjemahan langsung nama aslinya, dan terbukti laris manis semua demam asmara dibuatnya. hobiis tetap bisa menerima dengan baik. Ataupun penamaan baru yang lebih mengetengahkan pada ciri-ciri fisik anthurium, yang dengan mudah dikenali karena dikonotasikan dengan obyek yang sudah biasa kita lihat, warna dll.
Makanya meskipun tidak bercorak seperti aglaonema, masyarakat awam yang umumnya mencibir kok daun saja harganya mahal, begitu diperkenalkan cara membedakan anthurium secara sederhana, umumnya akan terpaut dan ikut-ikutan kecanduan.
3. Semua varian anthurium dapat diappresiasi dengan baik oleh pasar. Seperti saat ini ketika permintaan gelombang tidak tertahankan lagi, sebagian pasar dapat dialihkan kepada hookeri ataupun varian garuda dan corong, dengan cara-cara yang bisa diterima, tanpa mematikan pendahulunya.
Hal ini setidak-tidaknya membuat permintaan akan selalu terpelihara, disamping pembelajaran kepada selera konsumen yang lebih dinamis didalam menghargai varian-varian baru yang muncul, tanpa mematikan salah satu variannya.
Hal ini tentunya menghindari kesalahan besar seperti yang dilakukan pebisnis Thailand dan beberapa importir Indonesia dalam memperkenalkan adenium arabicum. Selain Timmingnya belum pas, juga dilakukan dengan cara frontal dan kasar, yang cenderung mematikan pasar adenium obesum yang menjadi tulang punggung adenium di Indonesia. Disamping inovasi-inovasi yang dipaksakan berupa cara-cara training obesum yang menyimpang dan tidak bisa diterima hati sebagian besar hobbiest adenium yang lebih menghargai naturalita. Hal ini justru berakibat sangat fatal pada turun drastisnya pamor adenium secara keseluruhan.
4. Akibat hibridisasi anthurium yang dilakukan oleh alam, sehingga sangat sedikit anthurium yang identik, yang mampu memiliki kriteria sempurna satu dengan yang lain, maka dimunculkan nama-nama baru. Sisi positifnya, orang menjadi lebih mudah dalam mengenali pohon, sisi negatif penamaan yang sifatnya sporadis dan tidak memiliki standar dapat menyebabkan kebingungan. Karena terdapat nama yang berbeda-beda untuk varian yang sama.
Untuk tahap awal ketika jumlah tanaman sedikit seperti sekarang, pembeli menerima saja. Tetapi jika populasinya meningkat, maka akan terjadi kerancuan di pasar. Hal ini bisa menjadi boomerang dalam pasar , karena mengakibatkan ketidakjelasan. Terutama karena tidak adanya standarisasi atau pola kriteria baku secara garis besar yang jadi pedoman. Disamping kurangnya (belum disusunnya, red) Kriteria spesial atau kriteria baik berdasarkan masing-masing jenis bvarian anthurium.
5. Meningkatkan kepercayaan diri bahwa Kita juga mampu menciptakan Trend. Selama ini hibridisasi tanaman hias selalu dilakukan oleh orang luar. Umumnya kita selalu jadi korban mode. Sehingga ketika dikita melakukan hal-hal baru selalu diberi label penjiplak.
Berbeda dengan anthurium, dimana Indonesia menjadi pelopor hibridisasi dan upaya standarisasi dalam penujualannya. Sehingga menjadi model karena merupakan satu-satunya didunia.
Umumnya Botanical centre, gardener dan orang-orang terkait hortikultura di Luar negeri terheran-heran dan terkaget-kaget dengan fenomena budidaya anthurium di Indonesia saat ini.Bagi mereka Anthurium bukan tanaman hias umum yang dibudidayakan selama ini. Dan mereka semakin kaget begitu tahu transaksi terkait anthurium ini, yang kerap membukukan rekor tersendiri. Belakangan wabah anthurium di indonesia mulai mewabahi Thailand sebagai negara pusat import tanaman hias di indonesia, maupun negaradi dunaia lainnya.
Padahal seperti yang kita ketahui, pemuliabiakan tanaman hias dimulai dari tanaman yang memang ada dialam, kemudian dilakukan hibridisasi, berdasarkan apa yang ingin dicapai (bunga, daun, variasinya) dan memperkenalkan sudut pandang baru (point of view) cara menikmatinya. Kalau hal ini berhasil ya tanaman tadi dapat diperjualbelikan.
Pembudidayaan Anthurium di Indonesia mencatat hal yang fenomenal, mampu memberi nilai dan membudidayakan serta memberikan point of view baru bagi tanaman yang semula dipandang remeh.
Tentu saja hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri sebagian besar pelaku tanaman hias untuk berupaya memajukan tanaman hias yang digelutinya. Sudah terbukti masyarakat kita mampu memberikan appresiasi yang baik terhadap hasil kerja keras bangsa sendiri.
6. Inovasi menciptakan sistem perdagangan anthurium. Cara baru yang tidak pernah ada sebelumnya, dengan menjual biji (ose), bibit yang baru tumbuh daun, ataupun menjual splitan, dengan lalulintas perdagangan anthurium terbesar didunia. Dari beberapa penyedia anthurium, tampaknya mereka terkaget-kaget akan fenomena anthurium di Indonesia. Bahkan tampaknya Thailand pun mulai mengekor dibelakang kita, dengan membeli indukan dari Indonesia untuk dibudidayakan.
Mudah-mudahan semangat Swadesi - Pengembangan potensi yang kita miliki - ini dapat menular pada tanaman-tanaman hias lain. Harapan besar kita semua, Kedepan kita juga dapat berbicara Di ajang tanaman Hias Dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar